Oleh: Roby Fahmi
Tim Nasional (Timnas) Indonesia bukan
hanya sekadar perwakilan negara dalam ajang olahraga, tetapi juga simbol
persatuan yang mengajak masyarakat untuk bersatu dalam keberagaman. Dalam hal ini, yang di maksud
dengan menggugah semangat kebersamaan di tengah
perbedaan, artinya keberagaman
yang ada di Indonesia ini bersatu
melalui adanya peran timnas Indonesia
Kita ketahui bersama Timnas sepak
bola Indonesia baru saja memenangkan pertandingan melawan Arab Saudi pada
(19/11/2024) di Stadion Gelora Bung karno Jakarta, dengan skor akhir 2-0 untuk Indonesia.
Dalam ajang kualifikasi menuju piala dunia 2026, yang menjadi lawan pertandingan
tersebut bukan negara yang bisa diremehkan, pasalnya negara tersebut menempati
peringkat 54 dunia. Melihat media sosial sekarang (setelah kemenangan Indonesia
vs Arab Saudi) banyak yang
tidak menyangka, dan tak sedikit pria dewasa yang menangis haru melihat
kemenangan tersebut. Kalau boleh saya bilang (mengutip dari media @vibeballs), hanya
sepak bola yang bisa membuat pria dewasa menangis.
Atmosfer besar rakyat indonesia
terhadap Timnas Indonesia sudah mulai dahulu kala adanya. Jika kita tinjau dari
sejarah, sepakbola baru dikenalkan oleh Belanda di Indonesia pada akhir abad
ke-19 atau sekitar 1850 – 1899-an,
setidaknya begitulah menurut Webmaster (2023) dalam laman sportsermon.in.
Secara historis, sepakbola mulai berkembang dari tahun 1930 tepat dengan
kelahiran organisasi
Persatuan Sepakraga Seluruh Indonesia (kini PSSI), kemudian pada 1938, Hindia-Belanda
(kini Indonesia) masuk ke dalam piala dunia U-20. Perkembangan terus terjadi
utamanya pada 1962 ketika Indonesia menjadi tuan rumah ASIAN Games.
Tidak berlebihan jika Indonesia
disebut negara penggila sepak bola. Dalam penelitian yang dilakukan oleh
Nielsen Sport, 77% penduduk Indonesia memiliki ketertarikan pada olahraga si
kulit bulat ini, terutama
ketika menyaksikan Timnas Indonesia berlaga. Dalam hal persentase ketertarikan
seluruh populasi negara pada sepak bola, Indonesia hanya kalah dari Nigeria.
Sebanyak 83% penduduk negara yang memiliki timnas berjuluk Elang Super itu
diklaim menyukai sepak bola.
Khoso (2021) dalam Uden Kusuma Wijaya
dan kawan-kawan (2023) pada artikel ilmiah yang berjudul Identity,
Nationalism, and the Impact on National Resilience, menambahkan bahwa
perasaan diterima dan masuk dalam suatu komunitas dapat ditemukan oleh
masyarakat, kala mereka bersatu mendukung tim olahraga pada suatu negara. Perasaan
bangga yang ditunjukkan dengan sorakan di seluruh area stadium, kibaran
bendera, serta ekspresi tiap-tiap pendukung, persaingan dalam permainan,
membawa suasana nasionalisme dan persatuan yang begitu besar.
Lebih dari itu, kehadiran kolonialisme
yang memberikan pengaruh begitu besar terhadap masyarakat Indonesia, dan secara
perlahan mulai menjajah cara berpikir serta pola hidup yang telah ada, membawa
kehancuran budaya bagi penduduk Nusantara. Kondisi ini mencipta masyarakat yang
hilang identitasnya, membawa ketidaktahuan atas “siapa dirinya”. Faktor
tersebut, bisa jadi merupakan salah satu penyebab, mengapa masyarakat Indonesia
suka sepakbola, sebab sepakbola kemudian menjelma menjadi sebuah rujukan untuk
bersatu dengan satu dan lainnya, menciptakan sebuah identitas yang berfungsi
sebagai landasan kebudayaan seluruh lapisan masyarakat Indonesia.
Saya baru mengenal dan sangat
antusias yakni pada zaman Eloco Gonzales menjadi striker, tepatnya pada
tahun 2010. Sampai-sampai pernah dibelikan jersey oleh bapak untuk nobar ketika
Indonesia lagi gacor–gacornya di piala AFF Era Irfan Bachdim dan kawan-kawan.
Teringat sekali dalam memori saya, waktu kecil sekitar kelas 1
SD, memakai jersey dan melukis bendera merah putih di pipi kanan, lalu bergegas
keluar bersama bapak menggunakan supra 125 mencari orang yang menggelar Nobar
Indonesia vs Malaysia pada era tersebut, yang mana indonesia berhasil membantai
dengan skor 5-1.
Saya adalah orang yang belum pernah
ke stadion untuk mendukung timnas. Tapi saya sering menggelar nobar untuk
masyarakat sekitar. Nyatanya Timnas Sepak Bola Indonesia bukan hanya sebagai
hiburan semata, tapi menurut saya bisa juga dikatakan sebagai alat pemersatu
bangsa, membentuk nasionalisme dan cinta tanah air. Tidak mengenal tua, muda, kaya
maupun miskin, kalau sudah ada nobar di pinggir jalan, orang yang maunya pulang
ke rumah karena habis kerja seketika mandek (berhenti) untuk Nonton
Bareng Timnas Indonesia (itu kalau orang yang gila bola seperti saya).
Tak Hanya sebagai alat pemersatu bangsa,
kegiatan Nobar Timnas Indonesia juga sebagai ajang meningkatkan ekonomi UMKM.
Pasalnya melihat video video di media banyak calon pejabat, pemerintah daerah
sampai desa, dan warung–warung kopian yang menggelar Nobar. Giat tersebut
menjadi daya tarik masyarakat yang gila bola untuk berbondong bondong menuju
area nonton bareng yang ada di seluruh pelosok Nusantara.
Harapan sebagian besar rakyat Indonesia
di era kepemimpinan pak Erick Tohir di PSSI sekarang yakni, Indonesia mampu
lolos Piala Dunia 2026, Bahkan ada salah satu netizen yang nyeletuk di postingan
akun instagram Timnas Indonesia yang
kurang lebih mengatakan, ”Tolong
Pak Erick jika Indonesia lolos piala dunia, ada hari libur nasional untuk memperingati lolosnya punggawa
Timnas asuhan Shin Tae Yong sekarang ini.”. Ya semoga saja tercapai dan bisa lihat timnas sepak bola Indonesia
di pentas dunia.